-
Wow! Arsitek Legenda Ini Tak Punya Gelar Arsitektur / Peter Zumthor, Tadao Ando, Mies van der Rohe
Kecewa akibat gagal meraih IPK yang tidah cum laude usai menyelesaikan pendidikan arsitektur di universitas?
Atau pernah diberi kritik pedas saat presentasi tugas akhir ciptaan Anda semasa di bangku kuliah?
Pengalaman yang mungkin mampu membuat hati ciut atau kurang percaya diri saat mengemban pendidikan arsitektur tak harus menutup semangat dalam merintis karir sebagai arsitek di masa mendatang. Tahukah Anda bahwa Frank Lloyd Wright termasuk dalam arsitek legenda yang tidak memiliki gelar arsitektur?
Frank Lloyd Wright / Frank Lloyd Wright Foundation
Baca juga, Sutradara Nomine Oscars 2020 ini Pernah Kuliah Arsitek
Tak hanya beliau, masih banyak arsitek panutan dunia yang justru tidak menyelesaikan pendidikannya. Namun, mereka justru membangun karirnya dengan cara masing-masing dan mungkin dirasa tidak lazim dalam dunia arsitektur.
Jadi, siapa sajakah arsitek legenda yang ternyata tidak memiliki gelar arsitektur? Simak kisah mereka di bawah ini.
1. Frank Lloyd Wright
Falling Water House / Robert P. Ruschak / Courtesy of the Western Pennsylvania Conservancy
Arsitek ini memilih untuk meninggalkan pendidikannya dalam jurusan teknik sipil di University of Wisconsin, Madison setelah setahun mulai menjalaninya. Lalu, ia pun pindah ke Chicago untuk menimbang pengalaman kerja sebagai asisten bagi arsitek J.L. Silsbee. Di tengah karirnya Wright memutuskan untuk melamar kerja di Adler & Sullivan yang akhirnya menghabiskan kurang lebih enam tahun sebagai apprentice sebelum membuka firma arsitektur miliknya pada tahun 1893. Dalam perjalanan karirnya, arsitek ini memang terkenal skeptis terhadap pendidikan formal arsitektur sesuai dengan observasinya pada tahun 1955,”Education, of course, is always based on what was. Education shows you what has been and leaves you to make the deduction as to what may be. Education as we pursue it cannot prophesy, and does not.”
2. Louis Sullivan
The Guaranty Building in Buffalo New York / Louis Sullivan / Jack E. Boucher
Pada tahun 1872, arsitek Louis Sullivan tercatat diterima dalam Massachusetts Institute of Technology yang pada saat itu merupakan satu-satunya sekolah arsitektur di Amerika Serikat. Namun, di akhir tahun yang sama ia memilih mundur dari sekolah dan memulai petualangannya dalam menjalani beragam program apprentice di firma arsitektur. Walaupun demikian ia akhirnya kembali ke Chicago pada tahun 1875 hingga akhirnya bergabung dengan Dankmar Adler dan menjadi partner di masa mendatang.
Baca juga, Lihat dari Zodiak, Anda Mirip dengan Arsitek Yang Mana?
3. Mies van der Rohe
Farnsworth House / Mies van der Rohe
Pencetus pemikiran Less is more ini mulai meniti pengalamannya dimulai dengan menggambar sketsa untuk outline ornamen pada arsitektur. Saat ia berusia 19 tahun, ia pun bekerja untuk seorang arsitek namun akhirnya berhenti dan melanjutkan karirnya di bawah naungan desainer furnitur Bruno Paul. Tak berhenti disitu saja, bakatnya menghantarkan Mies untuk bekerja bersama Peter Behrens sebelum akhirnya membangun karir pribadi miliknya sejak tahun 1912.
4. Buckminster Fuller
Montreal 1967 World's Fair / Buckminster Fuller / Jade Doskow
Pencetus konsep geodesic dome ini ternyata pernah dua kali dikeluarkan dari Harvard University. Dalam seminar pada tahun 1961, Fuller bercerita saat menjalani pendidikannya, ia merasakan adanya social gap akibat kondisi keuangan keluarganya yang berbeda dengan mahasiswa lainnya. Inilah yang membuat ia panik dan menunjukkan performa buruk saat kuliah.
5. Le Corbusier
Villa Savoye / Stringio
Saat remaja, arsitek berasal dari Swiss ini hendak meniti keterampilan terkait jam mengikuti jejak ayahnya. Namun usai tiga tahun menjalani pendidikan di Ecole des Arts Decoratifs, gurunya justru menyuruh Corbusier muda untuk menjadi seorang arsitek hingga membantunya untuk berpartisipasi dalam proyek lokal pada masa itu. Usai menjalani beragam program apprentice di berbagai negara di Eropa, termasuk bersama Peter Behrens di Berlin, Le Corbusier kembali ke kampung halamannya pada tahun 1912 dan mendirikan firma arsitektur miliknya.
Baca juga, 10 Bangunan Legendaris di Dunia yang Mengubah Sejarah
6. Tadao Ando
Church of Light / Tadao Ando Architect
Siapa yang menyangka arsitek asal Jepang yang pernah meraih Pritzker Prize ini memulai karir profesionalnya sebagai seorang pentinju di Osaka, Jepang. Namun akibat melihat kombinasi menawan antara matematika dan carpentry, ia pun mulai tertarik dengan dunia arsitektur. Akibat kurang mampu untuk membiayai pendidikan formal di universitas maka ia bekerja keras dengan cara membaca buku, mengikuti kelas malam, hingga mengunjungi beragam macam gedung baik di Jepang dan negara lainnya. Perjuangannya ini menghantarkan Ando dalam mendirikan firmanya pada tahun 1969 saat ia berusia 28 tahun.
Baca juga, Keseimbangan Jadi Alasan Tadao Ando Rancang Museum Ini
7. Peter Zumthor
Saint Benedict Chapel / Peter Zumthor / Felipe Camus
Peraih Pritzker Prize tahun 2009 ini dahulu kala berencana mengikuti jejak karir ayahnya sebagai pembuat kabinet di Swiss. Ia pun menempuh sejumlah pendidikan desain di Basel Arts and Crafts School dan New York's Pratt Institute. Walaupun demikian ia tak pernah secara formal menempuh pendidikan arsitektur dan tetap merasa bangga akan hal ini.
Foto teaser: Peter Zumthor / Yael Engelhart / Haaretz, Tadao Ando / Tadao Ando Architect, Mies van der Rohe / The Red List
-