Aga Khan Award for Architecture (AKAA) 2025 mengumumkan 19 shortlisted projects. Tiga proyek diantaranya berada di Indonesia. Salah satunya adalah microlibraries di berbagai kota karya SHAU. Sebelumnya, Microlibrary Taman Bima masuk dalam shortlisted AKAA 2019. 

Biro arsitek SHAU Indonesia, Dalina Suryawinata dan Florian Heinzelmann, memprakarsai microlibraries yang merupakan perpustakaan sekaligus ruang publik dengan identitas lokal dan material ramah lingkungan. Pada 2017, Microlibrary SHAU juga menangkan Holcim Foundation Award 2017.

Direncanakan akan ada 100 microlibraries hingga 2045. Berikut adalah enam microlibraries yang sudah terbangun dan satu konsep microlibrary terbaru yang akan hadir di Ibu Kota Nusantara (IKN).


Microlibrary Hanging Gardens / SHAU 

Baca juga, 6 Perpustakaan dengan Arsitektur Paling Indah di Dunia


1. Microlibrary Taman Bima Bandung 

Microlibrary Taman Bima masuk dalam shortlisted projects Aga Khan Award for Architecture (AKAA) 2019. Dengan luas 160 m², menjadi proyek percontohan pertama fasilitas baca kecil untuk digunakan komunitas. Proses perencanaannya melibatkan masyarakat setempat.

Area di lantai dasar untuk berbagai fungsi, lantai dua untuk perpustakaan dan tangga sebagai area duduk tambahan. Material fasadnya dibuat dengan mendaur ulang ember es krim bekas. 


Microlibrary Taman Bima Bandung / Sanrok Studio

2. Microlibrary Taman Lansia Bandung 

Proyek microlibrary kedua seluas 81 m² yang dibangun menjadi prototipe perpustakaan kecil agar bisa ditempatkan di seluruh taman di Bandung. Berbentuk kotak sederhana yang tampak melayang, terbuat dari beton sehingga mudah dibangun. Terdapat ruang mushola, kios, toilet umum, area perpustakaan, serta teras teduh. Fasad berpori untuk ventilasi silang yang dibuat spesifik tiap lokasi, menyesuaikan dengan kebutuhan dan konteksnya. 


Microlibrary Taman Lansia / SHAU

Baca juga, Perpustakaan Terbesar di Beijing Ini Punya Atap Seperti Daun


3. Microlibrary Hanging Gardens Bandung

Berlokasi di Babakan Sari, Kiaracondong, Bandung, di alun-alun kecil yang dikelilingi sekolah, kantor kelurahan, dan klinik. Memiliki luas 120 m² dan desainnya merupakan pengembangan lebih lanjut dari Helicoid Microlibrary. Tangga tanam bertingkat menjadi akses ke perpustakaan lingkungan, area urban farming, dan taman bermain.


Microlibrary Hanging Gardens / SHAU 


4. Microlibrary Warak Kayu Semarang 

Terlihat seperti rumah panggung tradisional dengan luas 182 m². Berfungsi sebagai perpustakaan dan kegiatan komunitas. Seluruh bangunan dibuat dari kayu bersertifikasi FSC, untuk keberlanjutan material yang digunakan. Fasad brise-soleil-nya menggunakan sistem konstruksi Zollinger Bauweise, membentuk pola berlian saling mengunci, menyerupai kulit makhluk mitologi lokal ‘Warak Ngendog’ yang menyerupai naga. Dari situlah nama Warak Kayu berasal, yang berarti “Warak dari Kayu”. 




Microlibrary Warak Kayu / KIE


5. Microlibrary Selasar Bojonegoro 

Bangunan dengan luas 92 m² ini terinspirasi dari tipologi selasar koridor beratap yang melindungi dari hujan dan panas. Difungsikan sebagai area penyangga sekaligus tempat duduk, mengelilingi pohon yang menjadi pusat ruang dan membungkus area perpustakaan utama. Fasadnya menggunakan bingkai logam dengan anyaman strip kain spanduk yang dilipat, berfungsi untuk menyaring cahaya matahari. 


Microlibrary Selasar / SHAU


Baca juga, 2 Arsitek Indonesia Terpilih Bersaing di Aga Khan Award


6. Microlibrary MoKa (Kayu Modular) Bandung 

Hanya dengan luas 8 m², seri Microlibrary MoKa ini dikembangkan dengan gagasan efisiensi biaya, sistem prefabrikasi, dan pemasangan di lokasi dengan dampak seminimal mungkin dalam waktu singkat. Sistem modularnya didasarkan pada ukuran papan multipleks standar, sehingga bisa mengurangi pemotongan dan limbah material. Beberapa modul dapat disusun dan diatur ulang sesuai kebutuhan sehingga bisa untuk konfigurasi yang lebih besar.


Microlibrary MoKa / Andreaswidi


7. Microlibrary IKN

Microlibrary ini adalah yang terbaru dan saat ini sedang dikembangkan. Setiap warna mewakili salah satu agama resmi di Indonesia dan akan dibuat dari material daur ulang. Selubung bangunannya menggunakan elemen khusus yang diputar dan ditumpuk, dengan bukaan lebih besar ke arah Utara–Selatan dan lebih tertutup ke arah Timur–Barat untuk mengurangi panas matahari yang berlebihan, sekaligus tetap memungkinkan ventilasi silang. Volume bangunan yang ditinggikan menciptakan ruang komunal di bawahnya.


Microlibrary IKN / SHAU




Sumber foto teaser: KIE