Limbah batu bata dari bangunan terdekat digunakan untuk menciptakan berbagai bentuk, tekstur, dan tempat tinggal bagi burung serta lebah di dinding bata Foxglove House, sebuah rumah di pedesaan Hertfordshire yang dirancang oleh studio lokal, Kirkland Fraser Moor.


Terletak di desa Wigginton, rumah empat kamar ini menggantikan bangunan kandang kuda lama di lokasi yang berada di Area of Outstanding Natural Beauty. Desain rumah ini rendah dengan atap yang ditanami rumput, dirancang oleh Kirkland Fraser Moor agar tidak mengganggu pemandangan alam sekitar.




Dindingnya dibangun dengan pola zig-zag di sekitar halaman tengah, dirancang untuk memberikan privasi. Desain ini berfokus pada pengembangan bentuk denah halaman satu lantai, sebuah tipologi yang telah berhasil diterapkan di berbagai budaya di dunia, meski jarang digunakan di Inggris,


Akses utama menuju rumah melalui jalan beraspal dan gerbang logam dengan motif burung layang-layang, mengarah ke halaman tengah, di mana area tempat duduk dikelilingi oleh koridor kaca yang menghubungkan setiap ruang di rumah.




Blok kandang sebelumnya sejajar dengan arah mata angin, tetapi Kirkland Fraser Moor memutar denah Foxglove House sebesar 45 derajat. Meski begitu, atap persegi tetap dipertahankan pada posisi awalnya, menciptakan atap yang menjorok di setiap sudut.


Orientasi baru ini menghasilkan teras kecil yang terlindung dan memungkinkan setiap ruang dalam denah rumah berbentuk donat, memanfaatkan pemanasan pasif dari sinar matahari selatan serta menikmati pemandangan ke arah utara.




Di sisi timur Foxglove House, terdapat ruang tamu dan ruang makan yang luas. Terdapat juga ruang tamu terpisah, dirancang menghadap pemandangan lanskap. Area ini juga memiliki teras segitiga yang dapat diakses melalui pintu kaca geser.


Dinding luar rumah memiliki desain zig-zag untuk menciptakan efek cahaya dan bayangan, sekaligus mengurangi kesan massa bangunan. Desain ini terinspirasi oleh batang pohon tinggi di sekitar rumah.




Struktur dinding luar dibangun dengan cross-laminated timber (CLT) dan menggunakan sisa batu bata lokal. Kombinasi batu bata dan ubin dengan berbagai bentuk juga menciptakan permukaan yang kaya tekstur dan tidak beraturan.


David Kirkland


Menurut studio lokal ini, penggunaan batu bata dan genteng bekas juga menjadi tempat hidup bagi satwa liar, seperti kelelawar, burung walet, burung layang-layang, lebah, serta mendukung pertumbuhan tumbuhan.






Konfigurasi dinding bata dari limbah dikontrol dengan cermat melalui kerja sama erat dengan perajin lokal. Tujuannya adalah menciptakan arsitektur biofilik yang unik, sekaligus menyediakan habitat yang nyaman bagi hewan dan flora lokal.


Prinsip penggunaan ulang limbah yang dikembangkan kini telah diadopsi oleh pabrik batu bata menjadi lini produk variety mix yang tersedia untuk dibeli. Atap hunian ini dirancang dengan struktur kayu yang dibiarkan terbuka dan menjorok ke teras. Bagian tepi atapnya sendiri dilapisi fasia tebal dari tembaga berpatina daur ulang. 




Di samping rumah, ada garasi kecil dengan panel surya di atapnya. Bersama dengan panel surya di tanah, sistem ini mampu memenuhi hampir seluruh kebutuhan energi rumah.




Teks oleh: Nisrina Zahrani

Sumber foto: Edmund Sumner