Dalam perhelatan Master Talk oleh Archinesia beberapa waktu silam, arsitek Lyndon Neri dari Neri&Hu Design and Research Office berbagi tentang sejumlah proyek desain yang pernah diemban oleh biro studionya yang telah berdiri selama kurang lebih 18 tahun. Ramai dihadiri para arsitek dan penggiat dunia kreatif, talkshow inspiratif yang turut diadakan bersama IndoBuildTech part 2 tahun 2024 ini berlangsung di Nusantara Hall, ICE BSD City.



Master Talk / Archinesia


Dalam Master Talk, Lyndon mengangkat topik Third Space, sebuah ruang yang ia artikan sebagai in-between, liminal space, dan batasan. Menurut beliau, di ruang inilah terjadi negosiasi serta pencarian makna dan tujuan, rasa memiliki, sekaligus mencari arti sebuah rumah.



Lyndon Neri (Co-founder Neri&Hu Design and Research Office) / Archinesia


“So home means different things to different people. It also means different things to the same person at different stages of his or her life. Third spaces are important because we constantly traverse between locations, not just in personal travels but early on.” - Lyndon Neri, Co-founder of Neri&Hu Design and Research Office


Today I want to focus on the formative projects we worked on the past 18 years in China”, ucap Lyndon mengawali lecture yang turut dimoderatori oleh Imelda Akmal ini.


Berdiri sejak tahun 2006 dengan basis di Shanghai, Tiongkok, arsitek dengan karya yang tersebar di berbagai belahan dunia ini, memulai ceritanya dengan menampilkan deretan pasangan kata yang kontradiktif. Tiap pasang kata merepresentasikan nilai dualitas yang terlihat berlawanan, namun sebenarnya berkaitan erat dalam proses desain sebuah karya. Contohnya adalah pasangan kata preserve dan demolish.


Archinesia



The Vertical Lane House / Neri&Hu


Tiap karya arsitektur yang diceritakan tak lepas dari topik adaptive reuse yang pernah dilakukan Neri&Hu Design and Research Office. Di mulai dari kantor pertamanya dan begitu pula proyek The Vertical Lane House berlokasi di South Bund, Shanghai.



The Vertical Lane House / Neri&Hu


Dalam proyek ini arsitek mempertahankan fasad bangunan tua yang diubah menjadi hotel berisi 20 kamar. Tiap kamar tersusun dekat dengan kamar yang berseberangan dengan posisi saling berhadapan serta bukaan jendela yang membuat kamar saling terkoneksi. Pengalaman unik ini merupakan cara arsitek dalam representasikan urban life di pemukiman padat yang kerap dialami warga Shanghai setiap harinya.


Fuzhou Tea House / Neri&Hu



Aranya Art Center / Neri&Hu


Tak hanya itu saja, turut diceritakan pula karya lainnya seperti Fuzhou Tea House, Tsingpu Yangzhou Retreat, Aranya Art Center, serta deretan desain produk dan furnitur hasil kolaborasi Lyndon dengan brand global ternama. Di antaranya adalah kolaborasi dengan Poltrona Frau, Artemide, Stella Works, LCDA, Hermès, dan masih banyak lagi.


Common Comrades / Moooi

Together Chair / Fritz Hansen


Hermès petit h door stop


Eames Elephant / Vitra


Xi Light / Poltrona Frau


Melalui Master Talk ini, arsitek turut memperlihatkan kecintaannya akan dunia literasi. Di tahun 2021, Neri&Hu Design and Research Office merilis monograph kedua yang berjudul Thresholds: Space, Time, and Practice. Kini turut aktif sebagai Visiting Faculty di Princeton University School of Architecture, Neri&Hu Design and Research Office juga dikenal dengan publikasi independen bernama Manifesto yang dirilis secara berkala.


Lyndon Neri dan Imelda Akmal / Archinesia



Manifesto / Neri&Hu






Sebelum bertemu Lyndon Neri, peserta seminar menikmati paparan empat arsitek ternama dari empat negara berbeda dalam sesi Archinesia ASEAN Seminar berjudul Southeast Asian Architecture: Now & Future from the Perspective of Philosophy, Approach, and Method. Di sesi ini arsitek menceritakan pandangan mereka mengenai arsitektur di Asia Tenggara, baik di masa lalu, masa kini, dan masa depan.


(Kiri - kanan) Wendy Djuhara, Hermawan Dasmanto, Shin Chang, Dam Vu, Patchara Wongboonshin / Archinesia



Hermawan Dasmanto (ARA Design Studio) / Archinesia


Dimoderatori oleh Wendy Djuhara, diskusi dimulai dengan arsitek Hermawan Dasmanto (ARA Design Studio) berasal dari Surabaya, Indonesia. Ia menggambarkan proses desainnya seperti memiliki koordinat X dan Y, yang menghubungkan antara waktu, energi di atas serta bawah permukaan bumi. Misalnya saja seperti desain kantor arsitek yang berlokasi di antara bangunan ruko tua dengan lahan 2,3 x 12 meter dan Orasis Art Space.


Kantor ARA Design Studio



Orasis Art Space / mmhendrawan


Arsitek Shin Chang dari MentahMatter Design, Malaysia, membahas bagaimana ia menghidupkan kembali bangunan tua di Kuala Lumpur, Malaysia yang kini dikenal dengan nama REXKL. Gedung sinema tua ini diubah menjadi hub komunitas dengan desain yang dinamis sekaligus mencerminkan keberhasilan preservasi dalam konteks urban. Tak hanya memiliki immersive room, proyek ini juga memiliki area bernama Bookxcess yang mengalihfungsikan ruang menjadi toko buku kekinian.


Shin Chang (MentahMatter Design) / Archinesia


REXKL / MentahMatter Design


Bookxcess / MentahMatter Design




Patchara Wongboonshin dari POAR merupakan studio arsitektur berbasis di Thailand yang memiliki filosofi desain terinspirasi dari alam dan budaya Thailand. Biro studio yang pernah meraih Emerging Architecture Studio of the Year 2022 dari Dezeen ini kerap menekankan pentingnya konteks dan budaya lokal dalam membentuk arsitektur. Salah satu karya representatifnya adalah restoran Under The Sun yang ciptakan fasad yang playful mengajak anak-anak dan pengunjung untuk bermain bersama bangunan restoran.


Patchara Wongboonshin (POAR) / Archinesia


Under The Sun / POAR


 Livist Resort


Sesi berikutnya diisi oleh arsitek Dam Vu dari Kientruc O yang memaparkan konsep buffer zone yang kerap hadir di desainnya. Arsitek asal ini Vietnam ini menganggap buffer zone sebagai ruang perantara yang memungkinkan pengguna untuk merasakan transisi energi saat berpindah dari ruang luar ke ruang dalam arsitektur.



Dam Vu dari Kientruc O / Archinesia


TTC Elite Ben Tre Kindergarten / KIENTRUC O



T House / KIENTRUC O


Sumber foto teaser: Archinesia