Secara tersirat, budaya atau tradisi dari masyarakat adat di Indonesia mengajarkan manusianya untuk dapat menghormati alam dan menjaganya untuk dititipkan ke generasi berikutnya. Oleh karena itu, sedari dulu desain rumah tradisional di Indonesia identik dengan kayu serta interior yang luas dan hampir tanpa sekat. Ciri khas tersebut membuat rumah tradisional memiliki sirkulasi udara yang cukup baik dan mampu bertahan dengan lama.






ciri khas dari rumah tradisional itu kini dicoba diimplementasi ke dalam sebuah bangunan gereja di kawasan kalimantan timur. konsep desain gereja yang dirancang oleh tsds interior architects ini diambil dari konsep arsitektur rumah betang, yang merupakan rumah tradisional adat dayak. kehadiran gereja ini didasari oleh kebutuhan masyarakat sekitar serta pekerja perkebunan.


baca juga: aktor holywood robert de niro ini buat hotel mewah




solusi isu lingkungan juga disematkan pada rancangan gereja ini. hal itu teraplikasi dengan penggunaan beragam macam kayu lokal untuk bangunannya. bagian fasad gereja ini dibangun menggunakan jenis kayu rimba, sedangkan interiornya menggunakan kayu meranti. kedua jenis kayu ini dipilih karena memiliki karakteristik yang mampu memperindah satu sama lainnya.




tidak berhenti di situ, material daur ulang limbah pun digunakan sebagai langkah untuk menjaga keseimbangan lingkungan.






berlokasi di kawasan dataran tinggi di kalimantan timur, pancaran sinar matahari terik menjadi salah satu permasalahan yang perlu diperhitungkan agar gereja tetap dapat beroperasi secara nyaman. oleh karena itu, bangunan ini dibangun dengan struktur yang berorientasi mengikuti pergerakan matahari dari timur ke barat.


baca juga: multifungsi! tempat tidur pilihan rain dan kim tae hee




Bentuk atap yang bertingkat juga hadir sebagai solusi karena rongga yang tersedia di setiap celahnya dapat menghadirkan sistem cross-ventilation pada gereja ini.


Sumber foto: dok. Mario Wibowo / Design Boom