Craftsmanship berperan besar dalam menentukan hasil akhir desain sebuah produk. Ini turut dilengkapi dengan pemahaman desainer tentang material yang digunakan agar bisa berkreasi tanpa batas.




Hal itu pula yang disebutkan oleh desainer Jarrod Lim dalam wawancara eksklusif bersama CASA saat bertemu di American Hardwood Export Council (AHEC) dalam perhelatan IFMAC 2023 yang berlangsung dari 20 sampai 23 September 2023 di JIExpo Kemayoran, Jakarta Utara. Desainer yang pernah meraih Singapore Furniture Design Award lewat karyanya Streamline Chair, bekerja sama kembali dengan AHEC dalam menampilkan potensi tanpa batas American hardwoods lewat desain booth ditemani deretan furnitur teranyar ciptaannya. Beberapa di antaranya menggunakan red oak sebagai material utama.




Red oak termasuk spesies dominan di hutan hardwood Amerika Serikat berkat seratnya yang khas dan kayu yang tidak selalu berwarna merah. Hal inilah yang membuat kayu ini banyak dipilih oleh arsitek dan desainer saat merancang furnitur, sambungan, maupun lantai kayu.


American hardwoods sendiri merupakan material utama yang dipromosikan American Hardwood Export Council (AHEC) dalam hal penggunaan kayu di dunia internasional. AHEC dikenal sebagai asosiasi terkemuka bagi industri hardwood asal Amerika sekaligus merepresentasikan para perusahaan eksporter kayu. Lebih dari 25 tahun lamanya, asosiasi ini turut membangun lingkungan kreatif bagi brand pengguna American Hardwood serta berbagi informasi teknis bagi manufaktur, specifier, serta desainer di beragam belahan dunia.


Baca juga, 4 Ide Terbaik Desainer Muda dalam Mengolah American Red Oak


Pernah memupuk pengalaman di studio Patricia Urquiola (Milan) serta SCP (UK), desainer Jarrod Lim yang kini berbasis di Singapura berbagi insight menarik perihal pengalamannya menggunakan American hardwood serta perjalanan karirnya hingga saat ini.


Di IFMAC 2019, Anda menghadirkan ruang apartemen berukuran 6 x 6 meter. Bagaimana dengan desain booth AHEC di IFMAC 2023 kali ini?

Usai mengalami pandemi beberapa tahun belakangan ini, saya ingin menciptakan ruang untuk reconnected saat berkunjung ke AHEC di IFMAC 2023. Maka tercetuslah ruang bernuansa cozy sambil bisa experience langsung material yang ada di sini.


Dalam hal furnitur, terbagi atas dua warna berbeda, yaitu furnitur warna coklat tua terbuat dari red oak yang dipanaskan dan furnitur warna coklat kekuningan terbuat dari red oak yang naturally finished. Dengan demikian ini sebagai cara menampilkan eksplorasi perihal beberapa proses pembuatan yang bisa dilakukan terhadap American hardwoods.




Sekilas, warna coklat tua pada ottoman terlihat seperti hasil coating. Namun ini sebenarnya red oak yang dipanaskan dalam suhu tinggi yang kemudian diukir, menciptakan sensasi sentuhan dan tampilan berbeda dari sebuah kayu. Sedangkan untuk stool ataupun dining table juga menggunakan red oak namun dibiarkan naturally finished.




Dari perspektif desainer, apakah American hardwood cocok untuk iklim di Asia Tenggara terutama di Indonesia yang memiliki iklim tropis?

Berangkat dari percobaan memodifikasi kayu dengan thermal, ditemukan bahwa proses ini mengurangi kelembaban kayu serta beberapa unsur seperti gula. Dengan demikian membuat mold dan serangga tidak tertarik untuk memakan kayu ini. Sehingga menjadikan furnitur terbuat dari kayu tersebut aman digunakan di Indonesia yang beriklim tropis.


Sebagai desainer, saya suka mengolah kayu karena kesan natural dan nyaman yang dipancarkannya. Sehingga sembari menampilkan gaya desain yang clean dan minimalis, furnitur memiliki kesan manusiawi menciptakan rasa nyaman serta relasi antara manusia dan material.




Tak hanya itu saja, beberapa hal yang menarik perhatian saya juga adalah kelebihan dari American hardwood, yaitu pengelolaan berkelanjutan terhadap sumber daya alam dan hutan. Sedangkan untuk materialnya, memiliki kualitas yang konsisten baik dalam hal tone color serta tekstur.


Hingga saat ini, Anda pernah terlibat dalam beberapa proyek kolaborasi. Apa yang menarik dari sebuah kolaborasi dan pendekatan seperti apa yang dipertimbangkan saat mengerjakan proyek tersebut?

Sebelumnya saya pernah bekerjasama dengan beberapa perusahan dengan material yang beragam. Hal pertama yang ingin saya ketahui sebelum bekerja adalah proses pembuatan, elemen yang ada di dalam material, dan metode produksi yang pernah dilakukan. Proses belajar inilah yang membuat kolaborasi menjadi hal menarik sekaligus sebagai sumber inspirasi saya setelahnya.


Di luar hal di atas, saya juga mempelajari batasan material dan interaksi antara produk dengan kustomernya agar mendapat gambaran persepsi publik terhadap brand sekaligus mengulik celah demi menemukan inovasi baru yang bisa saya lakukan.






Baca juga, We Can Do More! Langkah Furnitur Bika dari Lokal Jadi Global


Menurut Anda, hal apa saja yang perlu diketahui desainer muda agar bisa menciptakan produk yang sustainable?

Penting bagi desainer untuk paham dengan jelas material yang ia gunakan serta proses dan mesin apa saja yang bisa digunakan untuk mengolahnya. Dengan bekal pengetahuan, akan membuat desainer lebih percaya diri saat eksplorasi desainnya dan memastikan pihak manufaktur menghasilkan produk sesuai desain.




Mengenai produk yang sustainable, saya ingin beri contoh lewat material kayu. Mengenal material berarti Anda tahu bahan tersebut tersedia dalam ukuran dan panjang berapa. Dengan tahu secara spesifik, desainer dapat minimalisir sisa kayu saat produksi ataupun melakukan produksi yang tidak terlalu diperlukan.




Sekiranya, ada pesan yang bisa Anda sampaikan kah kepada desainer muda Indonesia yang berniat untuk mendirikan biro studio sendiri?

Selama memupuk pengalaman bekerja di beberapa world-renowned brand, yang saya lihat bahwa desainer-desainer ini terus menerus menghasilkan karya dan pada akhirnya ini membantu bangun kepercayaan diri saat jalani profesinya.


Bagi yang ingin mendirikan studio, dapat dikatakan ini bukanlah hal yang mudah. Bahkan dalam prosesnya Anda mungkin perlu memiliki second job di saat bersamaan agar bisa bertahan. If you're going to start, you kind of just have to start.





Sumber foto: Fotoperspektif / AHEC