Kisah proses migrasi dunia yang indah dan kaya akan cerita memberikan sebuah perspektif mendalam tersendiri, dan patut untuk disaksikan melalui ruang seni yang monumental dan sarat akan sejarah. MAD Architects, sebuah studio arsitek ternama yang berbasis di Tiongkok, peka dengan hal tersebut ketika membangun Fenix Museum yang ada di Rotterdam, Belanda. Ini menjadi destinasi yang wajib Anda kunjungi untuk merasakan dan tenggelam dalam keindahan arsitektur serta karya seni. Berlokasi di kawasan City Harbor yang legendaris, Fenix berdiri megah di atas bangunan bekas gudang pengapalan terbesar dunia yang kini telah direstorasi oleh MAD Architects. Ini menjadi debut arsitektur budaya publik mereka di Eropa sekaligus proyek museum pertama oleh firma Tiongkok di benua ini.






Museum ini lebih dari sekadar tempat pameran saja, ia melampaui itu. Di sini, Anda seakan akan terbawa masuk ke pengalaman migrasi dunia melalui seni rupa, fotografi, sejarah, arsitektur, hingga kuliner dunia, museum ini menjadi ruang interaktif yang memberikan pengalaman tersendiri. Di sinilah jutaan perjalanan migrasi dimulai dan berakhir, menjadikan setiap sudutnya memiliki makna historis yang mendalam.


Warisan Arsitektur yang Diperbarui




Bangunan seluas 16.000 meter persegi ini direvitalisasi dengan cermat oleh Bureau Polderman, dengan tetap mempertahankan fasad aslinya yang berasal dari tahun 1923. Proses restorasi membutuhkan waktu 1,5 tahun, mengembalikan keaslian jendela, pintu geser pascaperang, dan detail fasad lainnya ke bentuk semula. Kini, fasad yang ada tampak menyatu dengan irama yang senada mulai dari kolom, kaca, dan bukaan yang menyatu dalam harmoni visual horizontal.


Baca juga, Seperti Wahana Bermain, Ternyata Ini Museum Seru di Taipei






Namun, elemen paling mencolok dari bangunan ini adalah Tornado, sebuah tangga ganda berbentuk spiral yang dramatis dan memesona. Dengan cantiknya, tangga ini mengalir halus dari lantai dasar ke atap setinggi 24 meter, struktur ini dibalut 297 panel baja nirkarat yang mengkilap dan memiliki atap kanopi sepanjang 17 meter yang dirakit khusus di Groningen dan diangkut ke Rotterdam melalui kapal. Di dalamnya, Anda akan menemukan tangga heliks sepanjang 550 meter yang membawa Anda ke platform atap dengan panorama spektakuler Kota Rotterdam dan Sungai Maas.


Baca juga, Museum Berbentuk Infinity Karya Aedas Hadir di Hangzhou


Galeri, Komunitas, dan Keberlanjutan








Ketika Anda berjelajah ke lantai dua, maka Anda akan disuguhkan dengan galeri yang luas. Lantai dasar digunakan untuk program dan pameran temporer, sementara lantai atas mempersembahkan koleksi permanen Fenix dan karya-karya seniman muda dari berbagai penjuru dunia.


Baca juga, Museum Sains dengan Teknologi Memukau Ada di Shenzhen!




Area atrium yang terang oleh cahaya alami menjadi pusat penyambutan yang dilengkapi toko museum, kafe, serta Plein, sebuah ruang multifungsi seluas 2.275 meter persegi yang dapat disesuaikan untuk pertunjukan, diskusi, dan aktivitas komunitas. Tak hanya menyajikan pameran seni, Fenix juga mempertemukan Anda dengan ragam budaya kuliner dunia yang mencerminkan perjalanan migrasi.


Komitmen terhadap Lingkungan




Keindahan Fenix tidak terpancar dari segi estetikanya saja, tetapi juga sadar dan peka dalam konsep keberlanjutan. Atapnya dilapisi tanaman sedum seluas 6.750 meter persegi yang menyerap air hujan dan mendukung biodiversitas. Sistem penyimpanan energi panas dalam tanah serta penggunaan kayu Kebony asal Norwegia memperkuat misi ramah lingkungannya. Semua inovasi ini menjadikan Fenix sebagai bangunan yang hemat energi hingga 80% untuk pendinginan dan 60% untuk pemanasan.


Baca juga, Kunjungi Museum Ini Untuk Lihat Secara Dekat Fasad Bulan






Lewat Fenix, Anda diajak menyusuri cerita migrasi, bukan hanya sebagai jejak sejarah, tapi juga sebagai pengalaman hidup yang dipresentasikan melalui seni, ruang, dan arsitektur yang menyatu dalam satu narasi besar.



Sumber foto: Iwan Baan