Dirancang oleh arsitek kondang asal Belanda, Joop van Stigt, Cluster Zuid di Universitas Leiden, Belanda merupakan salah satu masterpiece arsitektur strukturalisme Belanda pada era 1970-an. Kompleks akademik ini terdiri dari tujuh bangunan yang saling terhubung, mencerminkan konsep linguistik dan antropologi yang ambisius. Setiap areanya didesain untuk mendorong interaksi sosial dan pembelajaran di dalam jaringan ruang bebas yang mengalir satu sama lain.




Namun, meskipun memiliki visi arsitektural yang luar biasa, Cluster Zuid menghadapi tantangan dalam fungsionalitas sehari-hari. Koridornya yang sempit dan gelap menyulitkan navigasi bagi para mahasiswa, dosen, dan pengunjung. Seiring bertambahnya usia bangunan, jendela kecil dan langit-langit yang gelap semakin menciptakan kesan yang kurang nyaman untuk navigasi serta kurang efisien dalam penggunaan energi.




Sebuah bangunan mahakarya yang perlahan termakan usia, tentu memerlukan pembaruan dari segi bangunan. Dalam upaya memperbarui kompleks ini menjadi pusat kampus yang lebih ramah dan berkelanjutan, firma arsitektur asal Groningen, Belanda, De Zwarte Hond, melakukan pembaruan bangunan sambil tetap menghormati nilai-nilai historisnya. Tujuannya adalah menjaga filosofi desain asli van Stigt, sambil menyesuaikannya dengan kebutuhan masa kini.




Salah satu perubahan utama adalah mengganti salah satu dari tujuh struktur asli dengan bangunan baru yang lebih terbuka dan ramah untuk publik. Bangunan ini dilengkapi dengan atrium yang terang dan luas, menciptakan keterhubungan secara visual dan fisik yang lebih jelas antara volume lainnya. Keenam bangunan lainnya tetap dipertahankan, meskipun lantai atas masing-masing gedung dirombak untuk meningkatkan efisiensi energi serta menyesuaikan dengan sistem mekanis modern.






Meskipun proses transformasi ini memiliki perubahan signifikan, De Zwarte Hond tetap mempertahankan elemen khas desain van Stigt. Kolom beton bundar dan balkon ekspresif tetap menjadi bagian krusial dari bangunan, memberikan karakter visual yang kuat pada kompleks yang kini dinamai Gedung Herta Mohr.




Komitmen terhadap keberlanjutan juga dapat dilihat dalam penggunaan kembali material dari bangunan lama. Panel kayu Sequoia merah yang sebelumnya digunakan sebagai langit-langit kini diadaptasi menjadi pelapis dinding atrium, menciptakan suasana yang hangat namun tetap terasa luas dan lapang.




Kini, kompleks seluas 11.400 meter persegi ini menjadi rumah bagi berbagai ruang akademik, termasuk dua aula kuliah besar serta perpustakaan untuk program Studi Afrika dan Studi Timur Tengah di Universitas Leiden. Dengan desain yang lebih fungsional dan ramah lingkungan, Gedung Herta Mohr menjadi simbol transformasi arsitektur yang sukses menggabungkan warisan masa lalu dengan kebutuhan masa kini.



Teks oleh: Nadaska Ilyasa Wibowo
Sumber foto: De Zwart Hond