Rumah Gadang adalah sebutan untuk rumah tradisional Sumatra Barat, yang kental dengan kekayaan budaya, sejarah, dan arsitektur daerah Minangkabau. Anda masih bisa menjumpai banyak rumah-rumah di daerah Minangkabau yang mengadopsi gaya rumah ini, yang dikombinasikan dengan gaya-gaya modern, tanpa menghilangkan unsur-unsur tradisionalnya yang khas. 

Dalam artikel ini, CASA akan mendalami sejarah asal rumah Gadang sekaligus keunikan rumah Gadang yang menjadi daya tarik utamanya. Simak!


Sejarah Asal Rumah Gadang

Rumah Gadang memiliki sejarah panjang, yang tidak lepas dari cerita rakyat tentang kemenangan masyarakat Minangkabau atas Majapahit setelah diadakannya adu kerbau, alih-alih peperangan. Dari situlah mengapa, atap rumah Gadang dibuat mirip seperti tanduk kerbau, yakni sebagai lambang pengingat kemenangan masyarakat Minangkabau pada masa itu. 

Rumah Gadang juga sering disebut dengan rumah bagonjong atau rumah bergonjong, karena bentuk atapnya yang runcing menjulang menyerupai tanduk kerbau. Rumah Gadang mengadopsi gaya arsitektur vernakular, yakni gaya arsitektur yang disesuaikan dengan kondisi setempat dan dipengaruhi oleh budaya masyarakat lokal, yang masih dipertahankan hingga saat ini. 


Keunikan Rumah Gadang


1. Bahan dan Material

Karena mengadopsi gaya arsitektur vernakular, pembangunan rumah Gadang diketahui masih memanfaatkan bahan atau material yang tersedia di daerah tersebut dengan teknik pembangunan tradisional yang mendetail. Material utama rumah Gadang adalah kayu dari pohon juha yang terkenal kuat dan kokoh. Pemilihan bahan itu didasarkan pada kondisi daerah Sumatra Barat yang rawan gempa, sehingga diharapkan lebih mampu menahan guncangan gempa yang sewaktu-waktu bisa terjadi. 

Bahan ijuk dipilih sebagai material utama bagian atap rumah. Sementara bagian dinding rumah biasanya menggunakan papan-papan kayu tipis yang disambung dengan teliti dan kuat tanpa menggunakan paku, melainkan dengan menggunakan pasak kayu. Selain papan kayu, anyaman bambu juga bisa menjadi alternatif material dinding rumah Gadang. 

Sementara untuk tiang-tiang penyangga struktur rumah Gadang biasanya menggunakan balok-balok kayu yang kuat dan kokoh, yang bertumpu di atas batu datar yang kuat dan lebar, bukan ditanamkan ke tanah. Teknik tradisional ini dinilai lebih mampu menciptakan konstruksi rumah yang lebih kuat dan tahan gempa.


2. Bentuk Atap

Rumah Gadang memiliki struktur atap melengkung dengan model atap pelana bertingkat yang mengarah ke atas. Bentuk atap melengkung dan runcing menjulang ini menjadi ciri khas utama rumah Gadang. 

Menurut cerita rakyat masyarakat Minangkabau, bentuk atap yang runcing menjulang menyerupai tanduk kerbau ini adalah simbol kemenangan masyarakat Minangkabau atas Majapahit setelah diadakannya adu kerbau. 

Bentuk atap yang khas ini tidak hanya bernilai historis dan budaya saja, tapi juga memiliki tujuan praktis. Bentuk atap rumah yang miring seperti ini memungkinkan air hujan mengalir ke bawah dengan mudah, sehingga bisa mencegah terjadinya kebocoran dan memastikan umur struktur atap yang lebih panjang dan tahan lama. 

Atapnya terbuat dari konstruksi rangka kayu balok yang biasanya dilapisi dengan ijuk. Lapisan ijuk di atap rumah Gadang ini dinilai mampu membuat suhu di dalam rumah menjadi lebih sejuk. Rumah-rumah kontemporer lebih sering menggunakan material atap aluminium bergelombang sebagai pengganti ijuk. 




3. Bentuk Rumah

Bentuk rumah Gadang sekilas terlihat seperti perahu atau trapesium sama kaki yang terbalik; kecil di bawah dan besar di bagian atasnya. Dengan bentuk rumah seperti ini dan dipadukan dengan bentuk atap runcing menjulang, membuat desain rumah Gadang terlihat lebih indah, seimbang, dan dinamis. 

Pada bagian dinding kayu, pilar, dan ceiling rumah Gadang terdapat banyak hiasan ukiran yang mencerminkan dan melambangkan adat dan budaya masyarakat Minangkabau. Ukiran-ukiran pada dinding rumah Gadang biasanya berupa ukiran daun, tumbuhan, bunga, atau kadang hewan, yang dibentuk dari garis-garis geometris sederhana. Motif ukiran kayu ini didasarkan pada pepatah adat yang berbunyi “alam adalah guru kita.”

Rumah Gadang berbentuk rumah panggung, yang artinya memiliki kolong-kolon di bagian bawah rumah. Hal itu bertujuan untuk menghindari serangan hewan liar. Jendela-jendela rumah Gadang memiliki ukuran yang besar dan berjumlah banyak daripada rumah modern pada umumnya, memastikan setiap ruangan di dalam rumah mendapatkan sinar matahari dan sirkulasi udara yang cukup. 


4. Tata Ruang

Aspek yang paling menarik berikutnya dari rumah Gadang, yaitu tata letak ruang di dalam rumah yang mencerminkan adat istiadat matrilineal masyarakat Minangkabau. Jumlah kamar tidur di dalam rumah Gadang bergantung

pada jumlah anak perempuan yang tinggal di dalamnya. Jadi, setiap rumah Gadang bisa memiliki jumlah kamar yang berbeda-beda, tergantung jumlah anak perempuan dalam keluarga. Sementara itu, untuk anak laki-laki biasanya akan tidur di luar kamar atau di surau, tempat ibadah yang biasanya di bangun di dekat rumah utama. 

Tata ruang rumah Gadang biasanya dibagi menjadi beberapa bagian, yang memiliki fungsi masing-masingnya, antara lain:

  • Ruang depan adalah jantung rumah tempat berkumpulnya seluruh anggota keluarga, mengadakan upacara, menyelenggarakan pesta adat dan acara-acara lainnya.
  • Ruang tengah terdiri dari kamar-kamar untuk tidur; setiap anak perempuan yang sudah menikah akan mendapatkan satu kamar sendiri, sedangkan anak-anak perempuan yang belum menikah akan ditempatkan di dalam satu kamar tidur.
  • Ruang anjungan yang berada di sisi kanan dan kiri rumah juga terdiri dari kamar-kamar untuk tidur bagi anak perempuan yang baru menikah.
  • Ruang belakang berfungsi sebagai dapur.


Rumah Gadang biasanya tidak hanya dihuni oleh keluarga kecil, melainkan keluarga besar—bisa terdiri dari beberapa keluarga kecil dalam satu garis keturunan—yang saling berbagi tanggung jawab dan hidup rukun di bawah satu atap. 



Itulah sejarah asal rumah Gadang sekaligus keunikan Rumah Gadang yang menjadi daya tarik utamanya. Bagi masyarakat Minangkabau, rumah Gadang lebih dari sekadar tempat tinggal, tetapi juga merupakan simbol identitas dan warisan budaya.