-
Pameran “Staging Desire” Satukan Energi Dua Seniman Hebat / Dok. Komunitas Salihara
Komunitas Salihara, sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang berlokasi di Jakarta Selatan, menghadirkan Staging Desire sebuah pameran duo yang mempertemukan dua seniman dengan praktik material sebagai arena negosiasi antara kehendak personal dan ekspektasi eksternal.
Dua seniman yang terlibat dalam pameran ini adalah Imam Cahyo dan Nindityo Adipurnomo. Ketertarikan Nindityo bermula saat ia terkesima melihat karya wayang karton buatan Imam yang dibuat dari benda-benda sederhana seperti kardus bekas. Dari pertemuan tak terduga inilah tercipta percakapan tentang identitas dan bagaimana kehendak membentuk praktik kreatif yang kemudian menjadi fondasi bagi pameran ini.
Baca JugaBunga Rampai, Bangunan Tua 100 Tahun Menjadi Restoran Eksis
Imam Cahyo & Nindityo Adipurnomo perpaduan pendekatan yang kontras
Imam Cahyo merupakan seniman otodidak yang berkarya di Tuban, Jawa Timur. Karyanya telah banyak dipamerkan di Perancis serta di berbagai daerah di Indonesia seperti Surabaya, Lampung, dan Bali. Staging Desire menandai debut solonya di Jakarta. Praktik seni Imam berangkat dari pengamatan intens terhadap manusia, lanskap, dan ritme harian di Tuban. Ia merangkai temuan sehari-hari seperti pensil, krayon, kayu apung, hingga kerang menjadi figur visual yang menyatu antara memori, realitas, dan imajinasi.
Nindityo Adipurnomo, seniman sekaligus Co-founder Cemeti, dikenal lewat eksplorasi simbol-simbol budaya Jawa dalam konteks sosial modern. Karyanya telah tampil di berbagai panggung seni bergengsi seperti Singapore Biennale, Asia Pacific Triennial, serta sejumlah galeri dan museum di Asia, Eropa, dan Amerika.
Baca Juga 5 Fakta Menarik Pameran L’Art Botanique Paradis
Meski berbeda dalam material, pendekatan maupun, metodologi nya. Karya Nindityo yang terstruktur dan terampil, kontras dengan ekspresi mentah Imam, namun karya mereka bersinggungan dalam kepedulian terhadap lingkungan, budaya, dan simbolik.
Instalasi pameran ini diproduksi oleh Baseline Studio dan dikurasi oleh Zarani Risjad, serta diwujudkan bersama mitra produksi kreatif: Skenografia, Klaasen Lighting Design, dan Signify.
Di pusat ruang pameran berdiri rumah kayu bobrok yang ditemukan Imam di Tuban. Atap miringnya menggemakan bentuk Salib Selatan, menyiratkan resonansi personal dan kultural. Rumah ini hadir bukan sekadar sebagai latar, melainkan sebagai tokoh—titik temu antara ingatan dan metafora Imam, serta wadah proyeksi Nindityo atas narasi tentang kohesi, identitas, dan kepemilikan.
Dinaungi layar berbentuk bulan yang menggantung di atasnya, rumah ini menjadi ruang pertemuan antara wayang karton Imam dan figur baja kulit Nindityo. Dua suara material yang berbeda, namun saling memantulkan retakan sosial, kerinduan, dan daya hidup kolektif.
Baca Juga Intip Kemegahan Pameran Terbesar Karya Zaha Hadid di Beijing
Tertarik menjelajahi pameran ini lebih dekat? Staging Desire dapat Anda kunjungi mulai 14 Juni hingga 27 Juli 2025 di Galeri Salihara, Jakarta Selatan.
Teks oleh Nur Amalia
Sumber foto: Dok. Komunitas Salihara/Witjak Widhi Cahya
-