-
Mengenal Lebih Dekat dengan Domisilium Studio
“Perlu diketahui kami bukan pasangan.” Canda barusan terlontar dari Santi Alaysius saat pertama kali dijumpai tim CASA Indonesia. Persahabatannya dengan Hamphrey Tedja yang saat ini berperan sebagai rekan sekerjanya seringkali menimbulkan kesalahpahaman bahwa keduanya merupakan pasangan. Namun mereka mengaku lebih serasi sebagai sahabat sekaligus partner dalam karier.
Show Unit Lloyd Alam Sutera
Bahkan dengan nada setengah bergurau, mereka juga menyelipkan istilah 'partner in crime'. Perbedaan karakter yang dimiliki keduanya justru berimbas menjadi kekompakkan. Kekompakkan ini pula yang akhirnya membuat mereka memutuskan untuk mendirikan Domisilium Studio.
Baca juga: Menikmati Liburan Mewah di Yogyakarta Marriott Hotel
Keduanya bertemu pertama kali saat masih menuntut studi di Amerika Serikat. Saat itu, mereka mengaku jarang bertemu satu sama lain. Hingga akhirnya secara kebetulan keduanya memutuskan untuk kembali ke Tanah Air. Sejak kepulangannya, mereka justru lebih sering bertemu dan bertukar pendapat.
Marriott Hotel Yogyakarta
Hubungan pertemanan kasual tersebut menjadi cerita di balik keputusan Hamphrey dan Santi untuk mendirikan biro konsultan arsitektur dan desain interior yang dinamakan Domisilium, tepatnya pada tahun 2009. Tidak mudah, mereka sempat mengalami gegar budaya saat memulai bisnis di Jakarta. Namun, tantangan tersebut lama kelamaan justru dianggap sebagai sebuah kesempatan baru.
Showroom Dekael di Shanghai, Hotel Kosenda, dan Kantor Go-Jek, Artotel Yogyakarta, Kayu Kayu Restaurant, hingga Marriott Hotel Yogyakarta menambah daftar kesuksesan studio desain mereka.
Baca juga: Pantonova, Montana: Kursi Legendaris di Film James Bond
Mengekpansi bisnis model ke ranah furnitur dan home décor, pada tahun 2018, Domisilium Studio memperkenalkan sister company bernama DMDIO yang baru-baru ini berpartisipasi dalam BWI Design Competition di tahun 2019.
Kolaborasi DMDIO dan Spasium
Karya DMDIO untuk BWI Design Competition with Montana:
Horizon karya DMDIO
Dengan fokus untuk menghadirkan produk elemen interior dengan sentuhan berbeda, “alter ego” dari Domisilium Studio ini melakukan eksplorasi dengan potensi kehadiran material baru, serta bentuk dan konsep yang tidak hanya dapat melengkapi kebutuhan interior, namun mampu hadir dengan sentuhan personal.
Kolaborasi DMDIO x Moire
Dalam memenuhi eksplorasi desain yang menjadi fokus utamanya, di tahun ini DMDIO berpartisipasi dalam Montana Design Challenge. Di awal tahun 2019, DMDIO juga menjadi inisiator dari KOLABBO, sebuah kolektif kolaborasi elemen interior yang meliputi furnitur, artwork, hingga aksesori home décor.
Ikuti lebih lanjut sesi perbincangan CASA Indonesia dan dua arsitek sekaligus desainer interior muda pencetus Domisilium.
Kayu Kayu Restoran
Apakah filosofi di balik pemilihan nama Domisilium?
Santi Alaysius (SA): Awalnya karena kami memutuskan untuk kembali ke Indonesia, tepatnya rumah, domisili kami berdua.
Hamphrey Tedja (HT): Sebenarnya ini juga menjadi desain filosofi Domisilium. Dalam setiap proyek apapun yang ditangani Domisilium, baik rumah, restoran, hotel, maupun kantor, kami ingin menciptakan sentuhan homey.
Kosenda Hotel
Apa tantangan terbesar yang dialami Domisilum saat awal berdiri?
HT: Sebenarnya, kami sempat mengalami culture shock. Namun seiring berjalannya waktu, kami belajar untuk mencoba mengerti masyarakat Jakarta. Mencoba untuk tidak melawan sistem yang ada. Dan lama kelamaan semuanya berjalan mulus. Jika terus membandingkan dengan kehidupan karier di Amerika, sampai kapan pun Domisilium tidak akan pernah maju.
SA: (mengangguk setuju). Kami juga memiliki kesempatan untuk menciptakan sistem sendiri. Because it's a young company. Intinya membuat kami terus belajar.
Belly Bandit
Imajinasikan jika saat ini Anda tidak berprofesi sebagai arsitek dan desainer interior. Apa yang terlintas di benak?
SA: Jewelry designer atau seniman. Sedari kecil saya selalu ingin bekerja dengan tangan sendiri dan memiliki sebuah studio.
HT: Fashion designer. Saya hanya bercanda. Awalnya saya ingin bekerja di bidang bio medical. Namun, karena hampir semua anggota keluarga saya bekerja di bidang properti, jadinya saya ikut terbawa.
The Pavilion - JW Marriott Surabaya
Selain mendesain, kalian memiliki hobi lain sebagai culinary traveler dan blogger. Apakah dapat dikatakan sebagai 'pelarian' dari kejenuhan karier?
HT: Yup! Intinya saya rakus dan menyukai kuliner.
SA: Blog saya ibarat buku harian visual. Selain desain dan kuliner, saya banyak membahas mengenai fashion. Bahkan, setiap desain Domisilium sering mengaplikasikan unsur fashion. Misalnya saja dari permainan motif dan tren warna.
Sebutkan desainer fashion yang kerap menginspirasi karya Domisilium?
SA: Chanel, terutama koleksi perhiasannya. Belakangan saya juga menggemari Kelly Wearstler dengan bentuk desainnya yang chunky dan permainan motif berani.
Deskripsikan partner Anda dalam sebuah pernyataan singkat.
HT: Fun dan eksentrik!
SA: Saya acid, dia mylanta.
Teks oleh Sarah Hutapea & Ichsan Ramadhan
Sumber foto: dok. Domisilium Studio
-