Omah joglo atau rumah joglo adalah sebutan untuk rumah tradisional dari Jawa Tengah, yang kaya akan sejarah dan makna budaya. Rumah joglo merupakan contoh perpaduan yang unik antara sejarah, warisan budaya Jawa, dan seni, yang tak lekang oleh waktu. Bahkan, unsur-unsur arsitektur dari gaya rumah joglo masih banyak ditemukan di rumah-rumah modern saat ini.
Dalam artikel ini, CASA akan mendalami sejarah rumah joglo sekaligus keunikan rumah joglo yang menjadi daya tarik utamanya. Simak!
Omah Joglo memiliki sejarah yang panjang. Omah merupakan bahasa Jawa untuk kata rumah. Om dalam kata omah berarti langit yang dikaitkan sebagai simbol kebapakan, dan mah berarti bumi yang dikaitkan sebagai simbol keibuan.
Sementara itu, kata joglo sendiri mengacu pada gaya atap rumah yang khas, yakni bagian tengah atap yang selalu dibuat lebih tinggi. Jadi, rumah dalam masyarakat Jawa dianggap sebagai penghubung antara langit dan bumi.
Sejarah rumah joglo dipercaya sudah ada sejak zaman Kerajaan Mataram. Bangunan megah ini awalnya diperuntukkan hanya bagi keluarga kerajaan atau bangsawan saja, yang melambangkan status, kekuasaan, dan prestise. Material utama rumah joglo yaitu kayu jati yang terbukti kuat, tahan lama, dan tampilannya mewah, terutama pada masa itu.
Namun, seiring berjalannya waktu arsitektur rumah joglo semakin berkembang; memadukan desain tradisional dan modern, serta menggunakan teknik dan material konstruksi yang lebih bervariasi, tapi tanpa meninggalkan ciri khas utama gaya rumah tradisional ini.
Berbeda dengan konsep hunian pada umumnya, tata letak pada rumah Joglo mengadaptasi filosofi budaya Jawa, yakni dimana setiap ruangan ditempatkan pada bangunan tersendiri sesuai dengan fungsinya.
Tata letak rumah joglo terdiri dari beberapa bangunan yaitu: Bagian bangunan depan rumah yang terdiri dari pendopo dan pringgitan, bangunan samping rumah yang terdiri dari gandhok, bangunan utama rumah yang terdiri dari dalem ageng dan senthong, dan bangunan belakang rumah yang terdiri dari gadri, pawon, pekiwan. Serta, bangunan paling depan rumah yang terdiri dari gedogan dan langgar.
Pendopo berfungsi sebagai ruang tamu, ruang pertemuan, atau tempat berkumpulnya pemilik rumah dan masyarakat sekitar. Di belakang pendopo, terdapat pringgitan yang digunakan untuk tempat pertunjukan atau penyambutan tamu dalam suasana resmi. Namun, tidak sedikit pemilik rumah yang menggabungkan dua fungsi ruangan ini menjadi satu.
Berikutnya, memasuki area rumah utama yang disebut dalem ageng atau omah mburi. Dalem ageng merupakan bangunan induk yang diberi sekat-sekat untuk digunakan sebagai kamar tidur atau senthong. Terdapat tiga senthong di dalam omah mburi, yang masing-masing diperuntukan untuk bapak, ibu, dan anak-anak saat masih kecil.
Dalem ageng juga merupakan tempat bersantai dan beraktivitas lain bagi seluruh anggota keluarga, serta untuk menerima kerabat dekat saat berkunjung. Area dalem ageng bersifat privasi dan personal bagi keluarga.
Pada rumah joglo selalu terdapat gandhok yang berada di sisi kiri dan kanan pendopo. Gandhok digunakan sebagai kamar untuk anak-anak yang sudah beranjak dewasa, yang dipisahkan menurut jenis kelaminnya. Anak perempuan dewasa ditempatkan di gandhok kiri, sedangkan anak laki-laki dewasa ditempatkan di gandhok kanan. Selain itu, gadhok juga bisa diberi tambahan sekat yang difungsikan sebagai kamar tidur saat ada tamu atau kerabat yang menginap.
Di belakang gandhok kiri, tetapi berada di bangunan terpisah, terdapat pawon atau area dapur. Sebagaimana fungsinya, pawon digunakan sebagai tempat memasak dan menyiapkan makanan. Terkadang, pawon juga berfungsi sebagai tempat menyimpan bahan mentah dan hasil panen. Bersebelahan dengan pawon, terdapat gadri yang digunakan sebagai ruang makan.
Selanjutnya, ada pekiwan atau kamar mandi untuk mandi dan buang air, serta tempat sumur air. Berdekatan dengan pawon, pekiwan juga berada di bagian belakang rumah dan terpisah dari bangunan utama. Hal ini berbeda dengan yang biasa ditemui pada konsep hunian modern.
Terakhir, ada gedogan dan langgar yang letaknya berada di area paling depan rumah—berada di depan pendopo dan pringgitan. Gedogan berada di sebelah kiri area paling depan rumah, yang digunakan sebagai tempat menyimpan hewan ternak. Sementara langgar berada di sebelah kanan area paling depan rumah, yang digunakan sebagai tempat beribadah dan berdoa. Satu lagi, ada regol yang merupakan pagar utama rumah joglo.
Tak hanya tata letaknya yang menjadi keunikan rumah joglo ini, tetapi juga desain arsitekturnya. Rumah joglo terkenal dengan bentuk atap rumahnya yang unik, dengan bagian tengah yang lebih tinggi dan dikelilingi oleh empat atap curam. Rumah joglo juga terkenal memiliki banyak bukaan, yang memungkinkan sirkulasi udara dan memaksimalkan pencahayaan alami untuk masuk ke dalam rumah.
Pada omah joglo seringkali memiliki ukiran kayu yang khas dan cukup rumit, baik itu pada bagian atap dalam rumah yang dibiarkan terbuka tanpa plafon, dinding rumah, dan tiang-tiang kayu penyangga. Itu menjadi bagian dari dekorasi bangunan yang menambah nilai keunikan rumah joglo. Ukirannya yang rumit seringkali menggambarkan makhluk mitologi, simbol perlindungan, dan elemen alam, yang mencerminkan kepercayaan dan tradisi Jawa.
Rumah joglo sebagian besar terbuat dari material kayu jati, kecuali lantai dan atapnya, yang terkenal dengan ketahanan, kekuatan, dan tampilannya yang terkesan mahal.
Itulah semua yang perlu Anda ketahui tentang sejarah rumah joglo sekaligus keunikan rumah joglo yang menjadi daya tarik utamanya. Rumah joglo adalah contoh perpaduan unik antara sejarah, seni, dan warisan budaya Jawa.
Meskipun saat ini tidak mudah menemukan rumah joglo dengan konsep klasik, tetapi kini arsitektur rumah joglo semakin berkembang; memadukan desain tradisional dan modern, serta menggunakan teknik dan material konstruksi yang lebih bervariasi, tapi tanpa meninggalkan ciri khas utama gaya rumah tradisional ini.