Nama arsitek dan perancang interior Giulio Cappellini lekat dengan perusahaan interior asal Italia.  Karya-karya Cappellini yang saat ini ditemukan dalam sejumlah museum seni kontemporer penting dunia sebagai koleksi permanen. Menjadi direktur kreatif dan desainer penting dari dalam perusahaan keluarga sejak 1979, Cappellini yang “melejitkan” potensi desainer bukan asal Italia: Tom Dixon, Ora Ito, Marc Newson, Jasper Morrison, Erwan dan Ronan Bourollec di tahun 1980-an hingga awal 2000an.

Sepak terjangnya selama tiga dekade, kini membuahkan hasil.Perusahaannya tumbuh menjadi raksasa dan memberi warna baru bagi kemajuan industri produk interior di Italia. Sejak 2004, Cappellini bergabung di bawah Poltrona Frau Group. Kemudian pada tahun 2014 lalu ditunjuk sebagai kepala desain untuk perancangan kampus headquarter sekolah desain yang berpengaruh, pada jurusan desain Istituto Marangoni, Milan.

 Sepak terjangnya selama tiga dekade, kini membuahkan hasil.Perusahaannya tumbuh menjadi raksasa dan memberi warna baru bagi kemajuan industri produk interior di Italia. Sejak 2004, Cappellini bergabung di bawah Poltrona Frau Group. Kemudian pada tahun 2014 lalu ditunjuk sebagai kepala desain untuk perancangan kampus headquarter sekolah desain yang berpengaruh, pada jurusan desain Istituto Marangoni, Milan.

Selain itu, pria kelahiran Milan tahun 1954 ini juga menjabat Art Director untuk perusahaan Ceramica Flaminia, produk ternama furnishing untuk kamar mandi yang dirancang dalam koleksi Alcantara. Diulas dan ditulis oleh berbagai majalah desain di seluruh dunia, Cappellini juga aktif mengajar dan berbagi ilmunya di banyak pameran dan acara desain, di antaranya Temporary Meseum for Design di Superstudio Piu di Milan. Kolaborasinya dengan nama-nama penting dalam industri desain interior di tingkat global, telah menempatkan sosoknya yang rendah hati hingga namanya terpilih masuk kategori sepuluh trendsetters dunia dalam fashion dan desain versi Majalah Time.

Inilah perbincangan yang mengupas peran dan pengaruh desain bagi Giulio Cappellini:




Bagaimana Anda mendefinisikan diri sebagai arsitek dan desainer interior?


(Tertawa) Sangat sulit! Anda tahu, saya suka bekerja. Saya bekerja sama dengan banyak perancang, baik arsitek dan umumnya desainer interior. Namun, tampaknya saya selalu ingin lebih berbuat lebih banyak, seperti mendesain produk. Saya merancang sebuah perusahaan, hingga memikirkan konsep global perusahaan ini. Inilah yang saya lakukan untuk brand Cappellini, Poltrona Frau dan hal yang sama untuk Istituto Marangoni. Tentu saja saya tidak bekerja sendiri, ada sebuah tim kerja yang mendukung. Di sisi lain, saya sangat suka bekerja dengan perancang seluruh dunia, karena dengan cara ini, pikiran saya akan terbuka. Saya ingin merancang residensial dan gagasan yang lebih luas lagi melangkah lebih dari sekadar merancang produk interior.

Menurut Anda, apa yang membedakan diri Anda dari desainer lain?


Saya selalu merasa senang untuk berinteraksi dengan desainer lain. Saya suka menjalin persahabatan dengan mereka, karena dengan begitu saya bisa melihat karya yang tengah dilakukan setiap perancang dengan pendekatan desain yang individual. Misalnya Marcell Wanders dan Jasper Morrison yang sekarang sudah sangat terkenal, setelah saya perkenalkan kepada industri pada 20 hingga 30 tahun yang lalu. Hingga kini, kami masih menjalin komunikasi yang baik dan bersahabat akrab. Persahabatan saya dengan Pierro Marrioso, terjalin sejak berkuliah dulu, kami bekerja dan kerap berdiskusi tentang desain.

Pagi ini saya menghubungi Jasper Morrison, bercerita tentang pengalaman saya di Jakarta dan melihat pameran CASA by Bravacasa ini. Karena bagi saya selalu menarik untuk berdiskusi tentang sesuatu yang baru, untuk dilihat dan bicara tentang rencana yang akan dilakukan pada masa mendatang. Bagi saya untuk berbagi gagasan dengan sesama desainer itu sangat penting.

Bila dirangkum dalam 5 elemen, apakah makna desain bagi Anda?


Seharusnya ketika produk itu diciptakan, sepatutnya yang berguna, indah, bersifat abadi, membuat orang lain tersenyum dan bermimpi.

Melihat dengan kondisi global saat ini, apa yang menjadi fokus Anda dalam melakukan pendekatan desain yang ditujukan untuk kepentingan pelestarian lingkungan dan sosial?


Di Eropa Utara, topik ini telah mencuat sejak lama. Saya ingat tujuh tahun lalu saya pernah diundang sebagai pembicara seminar di Stockholm tentang penyelamatan planet bumi. Menurut saya, masalah tidak teratasi hanya dengan menggunakan bahan recycle. Menciptakan produk sekarang sudah pasti wajib berbeda dengan cara 3 dekade lalu. Perubahan iklim global yang drastis terjadi akhir-akhir ini menjadi indikator bahwa masalah ini harus ditangani serius. Bukan hanya dibebankan kepada perancang produk, tetapi perusahaan juga harus mengubah cara pandangnya. Dimulai dari bahan yang dipakai harus bahan mentah yang tepat menjawab masalah ini.

Sangat penting menghasilkan produk yang dapat dijual di seluruh dunia. Bagi saya, traveling ke penjuru dunia dan memelajari cara hidup budaya lain itu harus dilakukan. Bila hanya membuat produk yang kita sukai tapi tidak menjadi jawaban akan kebutuhan masyarakat banyak sama sama percuma. Saya rela melakukan perjalanan singkat ke benua lain dan memelajari kebiasaan masyarakatnya untuk merasakan atmosfer yang bisa menjadi inspirasi. Merancang produk untuk masa sekarang dapat dilihat dengan cara lain dan bahkan lebih sulit. Jadi mendesain dengan konteks lingkungan sehari-hari yang sesuai dengan konsep untuk menarik konsumen menjadi cara yang paling masuk akal.

Bicara soal hak cipta, bagaimana komentar Anda tentang penjiplakan?

Masalah pelik ini terjadi di mana-mana. Hampir 99 persen barang yang dijiplak adalah bukan produk yang bagus. Untuk mengatasinya saya rasa tidak ada jalan lain kecuali melakukan dua dasar ini: menghasilkan produk yang bermutu dari bahan dan kualitasnya. Barang yang dijiplak harganya lebih murah mungkin hingga 50 persen, tetapi dari segi kualitas tidak akan pernah sama. Inovasi pasti bicara material dan teknologi baru. Contohnya, sofa Cappellini yang baru, investasinya terletak dari membuat cetakan seharga lebih dari 200 Euro, serta melalui eksperimen manfaat bahan baru yang sangat ringan dan memberi perbedaan mendasar untuk keunggulan produk ini. Penjiplakan bentuk bisa saja dibuat, namun kenikmatan duduknya tidak akan pernah mudah dicapai.

Apa yang membuat sebuah karya desain itu diterima masyarakat?


Pihak desainer wajib memandang ke masa depan tanpa melupakan masa lalu. Saya berkolaborasi dengan desainer dari Jepang dan Amerika. Target penciptaan produknya waktu itu harus bisa diterima oleh masyarakat global, dan itu terjadi. Saat ini, keberhasilan produksi lokal di setiap negara juga memiliki peran yang maha penting. Sebuah kursi karya desainer Indonesia, diproduksi di Indonesia yang juga menggunakan material dari Indonesia, sebaiknya harus bisa dijual oleh perusahan internasional untuk pasar dunia. Karya desainer yang mampu mendunia tanpa kehilangan budaya lokal, merupakan isu hangat di tingkat global dewasa ini. Dalam skala yang lebih luas, apakah desain dapat memengaruhi perkembangan masyarakat untuk menjadi lebih baik dan bukan sebaliknya?

Benar. Hal ini terjadi juga di Italia. Kadang ketika kita bicara soal desain, kita ingin selalu menggali lebih dalam. Kadangkala sebagai desainer, kita menganggap masyarakat kurang paham tentang desain dan menganggap bukan masalah desainer. Inilah inti persoalannya. Desainer kurang mampu mengkomunikasikan desain secara tepat. Saya bangga bahwa produk Cappellini terpilih secara permanen ke museum seni kontemporer. Tapi saya lebih bahagia lagi bila produk Cappellini mendapat tempat display yang lebih demokratis. Dapat dinikmati oleh keluarga dan anak-anak kecil untuk mencobanya, menggunakannya, mengalaminya. Itulah tujuan utama sebuah desain. Menjadi desainer harus lebih terbuka dan mengukur apakah desain karyanya mudah diterima semua kalangan di masyarakat.


Apa yang Anda lihat dalam perkembangan desain interior di Asia dalam satu dekade terakhir?


Banyak hal yang terjadi. Saya pikir inilah waktunya kebangkitan Asia. Kompetisi antar perusahaan semakin tajam. Dan harus diakui, China memiliki kans yang besar untuk menjadi besar. Bicara megenai negara Asia yang lain, terutama negara-negara yang baru saya kunjungi seperti China, Thailand dan Vietnam, sekarang Indonesia, jelas menunjukkan bahwa masyarakatnya semakin menaruh minat besar terhadap desain.

Seharusnya desain itu mengikuti perkembangan masyarakat, atau masyarakat yang mengikuti tren desain produk untuk lingkungan sosial, komersial maupun lainnya?



Dewasa ini, kami sangat menghormati kebebasan konsumen. Kebebasan untuk memilih produk, dirancang oleh desainer yang berbeda, diproduksi oleh brand yang bervariasi, dari berbagai era dan banyak wilayah di dunia. Sebagai desainer, kami harus membuka pintu diskusi dengan konsumen atau klien tentang konsepnya. Sebuah fenomena yang berbeda total dengan era delapanpuluhan. Dahulu, kondisi terbalik, para perancang dan perusahaan besar bisa menentukan apa yang cocok untuk konsumen. Sekarang, konsep dan keinginan pasar lah yang harus diakomodasi. Era informasi dan teknologi yang memungkinkan segala sesuatu lebih cepat diketahui menjadi koneksi sekaligus kontaminasi antar budaya di dunia yang berbeda. Kontaminasi inilah yang kemudian membawa era baru dalam industri desain.

(Image Doc. : Istituto Marangoni)