Jika bisa berkarya lebih besar dari skala manusia, mengapa tidak? Sinta Tantra, seniman mural berbasis Inggris dan berdarah Indonesia ini menjadikan bangunan atau jembatan sebagai kanvas.
Sejak mengambil sekolah seni di Slade School of Fine Art di University College London pada tahun 1999, Sinta memang lebih nyaman berkarya di lantai, dinding, bahkan ceiling karena merasa saat menaburkan warna-warna di gedung, semua terasa lebih nyata dan berupa fisik.
Semua karyanya berbentuk geometris dengan palet warna tropical-pop. Selalu ada sentuhan feminin dan maskulin yang ia kreasikan. Lama tinggal dunia Barat, bukan berarti ia melupakan kampung halaman.
Selain sering berkunjung ke Bali, Sinta juga pernah berpartisipasi di pameran ICAD 2013 di Grand Kemang, Jakarta dan ARTJOG 2015 di Taman Budaya Yogyakarta. Pameran solo ataupun kolaborasi dari Sinta juga tersebar hingga ke Korea, Amerika, hingga Prancis. Karya seni di jembatan Sungai Thames, London sepanjang 300 meter saat Olimpiade London 2012 seperti menjadi karyanya yang paling dibicarakan. Kembali lagi bermain dengan skala besar, Sinta bekerja sama dengan seniman Richards Woods dan desainer Abe Rogers asal Inggris untuk membuat instalasi di tepi laut Songdo, Korea Selatan. Proyek ini disebut sebagai Tech City of Songdo, sebuah karya seni dan desain di permukaan lantai seluas 3.300 meter persegi.
RBR: Anda besar di London, sedangkan Ayah berasal dari New York dan ibu berdarah Bali. Bagaimana cara Anda berkreasi berdasarkan perpaduan berbagai budaya tersebut?
ST: Bagi saya, itu bukan masalah menggabungkan berbagai budaya atau menciptakan fusion. Namun ini tentang menjelajahi dan mendefinisikan kembali akan garis pemisah antara budaya-budaya itu. Melihat dunia sebagai outsider seperti memberikan tantangan baru yang justru menghasilkan sesuatu yang unik. Menurut saya, saya berpikir sebagai orang Inggris namun hati ini milik Bali.
RBR: Anda mengatakan bahwa kreasi Anda adalah “Lukisan dalam Skala Arsitektur.” Bagaimana Anda melihat desain dan arsitektur menurut perspektif Anda?
ST: Saya memiliki banyak teman arsitek dan desainer. Saya kagum dengan keterampilan mereka dalam menciptakan sebuah solusi dan membuat sesuatu terbangun. Saya terpesona akan “karya seni” mereka yang bersentuhan langsung dengan kehidupan sehari-hari. Demikian pula dengan pekerjaan saya, saya menikmati dalam membaurkan batas antara seni dan desain serta membiarkan seni bermain-main di tengah-tengah dunia sosial.
RBR: Bagaimana cara Anda menggabungkan seni dengan bisnis? Apa kunci kesuksesan untuk berhasil di industri ini?
ST: Menjalankan bisnis juga bicara tentang passion dan mengembangkan gaya hidup yang menenggelamkan diri dalam seni. Memang benar bahwa menjalankan bisnis dan seni membutuhkan fungsi otak yang berbeda pula, namun bukan berarti kita tidak bisa melakukannya. Seperti kata Andy Warhol, “Being good in business is the most fascinating kind of art”. Penting bagi kita yang bergerak di dunia kreatif untuk belajar dari kesalahan, merayakan kesuksesan, mendengarkan nasihat dari orang lain, mengambil risiko, dan bersiaplah untuk bekerja giat.
Foto oleh Sinta Tantra